Tekan ESC untuk keluar

KACANG ADAS

Filsuf Aristippus dikenal sebagai filsuf yang mengutamakan kenikmatan duniawi. Setelah beberapa tahun mengabdi dan memuja-muji raja Dionysus, ia pun diangkat menjadi penasihat raja.
Sang filsuf kemudian dapat hidup bergelimang harta sejalan dengan paham hedonisme yang ia cetuskan.
Suatu hari filsuf Aristippus yang kaya raya itu berjumpa dengan filsuf Diogenes yang terkenal miskin nan papa.
Kebetulan saat itu filsuf Diogenes sedang menikmati makan malamnya yang hanya berupa kacang adas. Ia pun menegur filsuf Diogenes yang kere.
“Kalau saja kau mau belajar memuja (menjilat) raja, tentunya kau tak perlu hidup makan kacang adas,” ujar Aristippus.
“Kalau saja kau mau belajar menikmati kacang adas, tentunya kau tak perlu hidup menjilat raja,” balas Diogenes.
Orang yang dalam hatinya ada sifat puas, rezeki sedikit pun akan mencukupi.
Tapi orang yang dalam hatinya tak ada sifat puas, masuk jajaran orang terkaya versi Forbes sekalipun akan terasa cekak. Akhirnya ada yang nekat memperkaya diri dengan cara yang tak wajar, bahkan hingga korupsi sekalipun.
Oleh karenanya, Imam Syafii pernah berkata, “Tidak ada kemiskinan atau kemewahan. Tapi jika kamu adalah pemilik hati yang puas, maka pemilik dunia ini dan kamu itu setara.”
Kapan lagi kita bisa setara dengan Jeff Bezos?
@hamdan.hamedan on Instagram
striker timnas semakin nyetel, sementara wasit semakin…

Jadi teringat sebuah ayat, “Dan kami jadikan sebagian dari kamu cobaan bagi sebagian yang lain.” (QS. Al-Furqan: 20)

Life isn’t always fair, but the show must go on. We will pay in full by defeating them next time, fair and square, without the interference of the referee. Bismillah 💪🏻💪🏻
CERITA LAMA

Genosida di Gaza bukanlah cerita baru,
Tapi cerita puluhan tahun luka membiru,
Di balik reruntuhan ada tangis bisu,
Dicampakkan dunia, sendiri menghadapi pilu.

Langitnya gelap, buminya luluh lantak,
Ribuan nyawa lenyap, tanpa jejak,
Di mana Barat yang lantang mendukung HAM dan Ukraina?
Kalau soal Palestina, ah itu beda cerita. 

Para pemimpin Arab menyimpan mimpi,
Menjadi Salahuddin baru nan gagah berani,
Namun ketika datang waktunya beraksi,
Hilang nyali, takut pada bayang sendiri.

Syuhada yang pergi takkan kembali,
Gaza tetap berdiri, walau hampir mati,
Dalam dentuman dan reruntuhan, ada doa sang yatim sunyi,
Menanti akhir dari luka yang tak terperi.
PENJAGA INDONESIA 

Mereka menjawab panggilan saat yang lain enggan,
Melangkah tanpa ragu, songsong bahaya di depan
Mereka bertempur dalam gelap pekat 
Agar kita dapat melihat terang, menikmati hidup yang hangat.

Mereka tinggalkan nyaman, rumah, dan pasangan tercinta 
Demi sumpah setia pada bangsa 
Di setiap langkah mereka, kita temukan arti pengorbanan,
Demi negeri ini tetap aman.

Mereka tak minta pujian atau tepuk tangan meriah,
Sekalipun mereka adalah pahlawan, dalam diam yang gagah.
Demi kita, mereka korbankan segalanya,
Di laut, di darat, dan di udara.

Tanah air ini tegak karena ada mereka di barisan terdepan,
Dalam keberanian mereka, kita temukan alasan untuk bertahan—alasan untuk melanjutkan.
Selamat ulang tahun, TNI tercinta,
Kebanggaan bangsa, penjaga Indonesia. 🇮🇩
Semoga analogi sederhana ini dapat diterima. 

Bahwa mobil timnas sedang melaju kencang, biarkan ia sampai pada top speed-nya di gigi 5. 

Jangan sampai baru di gigi 3, langsung ditarik rem tangan mendadak. Sehingga terpental atau bahkan gagal sampai di finish line di posisi terhormat. 

Setelah berakhir di finish line, barulah kita apresiasi dan evaluasi bersama untuk perbaikan. 

Semoga dengan demikian, tercapai semua apa yang kita cita-citakan: Garura terbang menuju Piala Dunia. Aamiin YRA 🤲.